free counters

Selasa, 02 November 2010

Mbah Marijan, Apakah Mati Sujud Beneran ?

Kita sedang studi ayat 165 al-A’raf tentang adzab yang menimpa penduduk Ailah era Bani Isrel dulu. Hari ini, Indonesia masih berkabung setelah dirundung bencana bertubi. Banjir Wasior, Tsunami Mentawai dan gempa Merapi. Tragedi Merapi lebih menarik.
Beberapa hari sebelum Merapi meletus, mbah Marijan, sang juru kunci sudah diminta turun, tapi menolak. Ada kalimat yang terucap dari lisannya “ ..kuatir kecewa kalau terlanjur mengungsi, lalu nggak jadi meletus”.
Ternyata mbah Marijan sudah disepuhkan, dikultuskan dan banyak pengikutnya. Kehidupannya lebih mapan setelah menjadi ikon iklan dan menjadi orang “Roso” karena keyakinannya dulu kebetulan benar. Merapi tak jadi meletus, meski sang raja Jogya dan presiden menyuruh ngungsi. BMKG dan para ilmuwan dianggap salah menganalisis.
Tapi kini dia dalam dilema besar, mau ngungsi atau bertahan. Kayaknya, pilih bertahan  dengan segala risikonya, apa karena tugas atau gensi. Lalu melunak, setelah dibujuk sedemikian gencar. Sayang terlambat dan akhirnya mati terkena debu volkanik saat pamitan mau shalat dulu di masjid.
Sebagai seorang muslim, kita berdoa semoga Allah SWT mengampungi segala dosanya dan menempatkan di sisiNya. Tapi sebagai manusia berakal dan punya hati, kita juga dituntut lebih arif memahami, mana sikap yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan, lalu mengambil pelajaran.
Orang bertugas apapun, tidak boleh mengorbankan nyawanya secara sia-sia. Itu sama dengan bunuh diri, kecuai dengan perhitungan yang sangat bermaslahah atau sangat terpaksa.
Meski dalam perang suci atas agama, tetap ada kalkulasi. Tuhan memerintahkan kita menyelamatkan diri dengan segala cara bila nyata-nyata tidak mampu dan pasti kalah. Hal itu lebih baik, karena masih punya kesempatan menyusun kekuatan dan strategi berikutnya lebih bagus, ketimbang hari itu mati sia-sia dan habis.
Boleh saja mbah Marijan amat patriotik mengemban tugas hingga titik darah terakhir. Tapi perlu diingat, bertugas melawan siapa?. Merapi bukanlah musuh agama, bukan musuh umat islam dan bukan pula musuh Tuhan yang harus dihadapi dengan kekuatan dan jihad angkat senjata.
Merapi adalah alam ciptaanNya yang meletus atas kehendakNya karena ada hikmah yang digagas. Lagian, Merapi tidak bisa dihentikan – maaf – hanya dengan seorang Marijan yang tetap tinggal di lokasi.
Marijan  tidak punya kekuatan signifikan, baik karamah apalagi tehnologi tinggi. Dan nyatanya begitu. Bahkan menghindar dari debu volkanik yang menimpa dirinya saja tak mampu, apalagi lahar panas. Inilah bukti nyata kelemahan seorang Marijan.  
Perkara apakah mbah Marijan mati demi tugas atau demi gensi, atau mati dalam keadaan bersujud seperti wali pilihan atau mati tersungkur seperti umat terdahulu yang diazab (al-Haqqah:7), maka hanya Tuhan yang Maha mengerti. Kita wajib berbaik sangka, semoga beliau diterima di sisiNya. Semoga kita bisa memetik kebaikan dari tragedi ini. 

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More