Sebagai penghuni baru yang belum genap setahun tinggal di kota Semarang, rasanya saya mulai jatuh cinta dengan Kota ini. Sudah pernah ke Semarang?? Untuk yang sudah, apa yang kamu temukan?? Sudah coba masuk ke Lawang Sewu yang megah dan ‘menjadi pusatnya cerita mistis’, atau kulineran yang beragam di kota semarang, mencoba membaca nasib dan peruntungan di Klenteng Sam Poo Kong atau bahkan menikmati kemeriahan malam hari di sentra kuliner Pasar Semawis…yaaa…itu baru sebagian yang bisa kamu temukan di kota Semarang yang cantik ini.
Kota Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah, namun sebagai ibukota propinsi, Semarang tergolong kota yang tidak ramai dan cukup tenang. Dengan topografi kota yang unik, kota semarang terbagi atas Semarang atas dan Semarang Bawah, dan di tiap tempat akan di dapat pemandangan yang berbeda untuk menikmati kota Semarang. Di kota Semarang juga kita akan menemukan banyak simpangan yang berbentuk bundaran, seperti Bundaran simpang lima, bundaran tugu muda, bundaran di depan hotel novotel, bundaran di bandara, dan bundaran-bundaran lain yang memiliki simpangan lebih dari 4
Semarang telah menjadi pusat niaga mulai dari awal
abad ke-14, konon kabarnya kapal Cheng Ho pernah berlabuh di pelabuhan
Semarang, dan persinggahan ini meninggalkan budaya China yang khas di
kota Semarang. Peninggalan Cheng Ho ini bisa dinikmati dengan berkunjung
ke Klenteng Sam Poo Kong yang memberikan kesan ‘Negeri China di tengah
kota Semarang. Memasuki klenteng Sam Poo Kong ini terasa seperti
memasuki ‘forbidden City’ di Beijing, dengan plasa yang luas, klenteng
megah bernuansa merah dan lampion2 yang bergantungan.Bila berminat
pengunjung di klenteng bisa menyewa 1 stel pakaian khas raja/ratu, putri
bahkan pendekar China di sini seharga Rp. 75.000 dan berfoto untuk
mendapatkan kesan berada di salah satu kerajaan China pada masa jayanya.
Atau bila sekedar ingin mengetahui nasib, bisa melakukan ‘Ciamsi’
dengan membeli HIO seharga Rp. 10.000 dan berkesempatan untuk
berkonsultasi dengan BIokong mengenai hasil dari Ciamsi yang didapat.
Ritual Ciamsi tidak harus dilakukan sendiri bila bukan beragama Budha,
ada Biokong yang akan mewakili kita berdoa dan mengocok bamboo-bambu
kecil yang berisi nomor ciamsi.
Selain itu pada sekitar awal abad ke-16, Semarang
juga menjadi pusat niaga dari kapal-kapal dagang Eropa. Mereka pun
membangun pusat pemerintahan mereka di Kota semarang, dan masih
meninggalkan kecantikan Eropa di kawasan Kota Lama Semarang. Namun
sangat disayangkan banyak bangunan yang tidak terurus. Memasuki kawasan
kota lama semarang, diawali dengan jembatan Mberok sebagi Gerbang
kawasan kota lama, lalu beberapa bangunan yang masih menyisakan
kecantikannnya di balik lumut yang menempel. Greja Bleduk berada persis
di tengah kawasan ini, dan juga menjadi icon dari kota lama semarang.
Gereja cantik ini masih digunakan sebagai tempat ibadah sehingga
kondisinya sangat baik sekali. Selain itu di kawasan ini juga terdapat
stasiun Kereta api Tawang, yang merupakan stasiun sentra pertama di
Indonesia yang menjadi penghubung jalur-jalur kereta api pertama di
Indonesia. Kawasan kota lama ini juga sering dijadikan lokasi syuting
beberapa film yang memerlukan setting Indonesia tempo dulu, seperti film
Gie, RumaMaida, bahkan Ayat-ayat Cinta.
Salah satu bangunan yang tak boleh dilewati bila
tiba di Kota Semarang adalah ‘Lawang Sewu’, sebuah bangunan megah
berlokasi di depan Tugu Muda. Lawang sewu merupakan bangunan kantor Kereta Api pertama di Indonesia yaitu NIS – Nederland Indische Spoorwage Maskapij. Disebut
sebagai Lawang Sewu yang berarti Seribu Pintu, sesuai dengan banyaknya
jumlah pintu yang terdapat pada bangunan ini (mungkin tidak mencapai
seribu), yang terdiri dari beberapa ruang-ruang kerja yang terhubung
dengan pintu-pintu. Bagunan megah dengan kaca patri cantik di dalam
lobinya ini sekarang sedang dalam tahap konservasi agar kecantikannya
dapat kembali terpancar sebagai salah satu icon kota Semarang.
Sebelumnya bangunan ini terkenal sebagai tempat ‘uji nyali ketemu hantu’
…hhiiiyyyy….hingga kini pun lawang sewu masih menyediakan pemandu malam
untuk pengunjung yang berminat bertatap muka dengan para ‘penghuni
asli’….
Setelah dari Lawang Sewu, sempat kan juga untuk
menikmati Tugu muda, yang merupakan monument peringatan perang lima hari
di kota semarang, yang dilakukan para pemuda semarang melawan Belanda
pada masa Agresi militer dan museum Mandala Bakti yang berada berhadapan
dengan Lawang Sewu.
Dengan berjalan kaki dari tugu muda, akan tiba di
ujung jalan Pandanaran, yang merupakan pusat oleh-oleh kuliner khas kota
Semarang, segala jenis penganan yang diinginkan sebagai buah tangan
tersedia disini, khususnya bandeng Presto….di sepanjang jalan ini bisa
ditemukan berbagai toko menawarkan bandeng presto, dan selain bandeng
juga bisa menemukan wingko babat serta lumpia goreng yang dijajakan di
dalam toko maupun dalam gerobak kakilima di muka toko, bahkan di
beberapa toko besar tersedia sluruh jenis penganan khas jawa tengah,
yaitu getuk goreng, tingting, kremes, bakpia pahtok, kue2 brownies,
cookies, dan lainnya yang menggugah selera..hhhmmm slruups…
Sempatkan juga untuk berkunjung ke Masjid Agung
Jawa Tengah. Masjid megah ini memiliki keistimewaan berupa payung-payung
besar yang hanya terdapat di Madinah dan Semarang. Biasanya di hari
besar dan jemaah banyak, payung besarnya akan terbuka melindungi dari
panasnya matahari. Di masjid Agung Jawa Tengah ini juga terdapat menara
tinggi. Pengunjung yang ingin menikmati pemandangan kota semarang dari
ketinggian, bisa naik ke menara ini dengan membayar Rp. 5.000 dan kita
bisa berpuas-puas melihat kota semarang dari segala pejuru mata angin.
sumber : http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2010/07/06/semarangtau-apa-kamu-tentang-semarang/
0 komentar:
Posting Komentar